Batu bara atau batubara adalah salah
satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara
juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS
untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.
Batu bara
secara umum
Umur batu bara
Pembentukan
batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun
yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman
Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung
terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Materi pembentuk batu bara
Hampir
seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
- Alga, dari Zaman Pre-kambrium
hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara
dari perioda ini.
- Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon
Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari
perioda ini.
- Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon
Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika
Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora
dan tumbuh di iklim hangat.
- Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman
Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam
buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun
utama batu bara Permian seperti di Australia,
India dan Afrika.
- Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga
kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina
dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara
umum, kurang dapat terawetkan.
Penambangan
Tambang batu
bara di Bihar,
India.
Penambangan
batu bara adalah
penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar.
Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.[1]
Tambang batu
bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.
Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan
tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.
- Antrasit adalah kelas batu bara
tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C)
dengan kadar air kurang dari 8%.
- Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan
berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak
ditambang di Australia.
- Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan
banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminus.
- Lignit atau batu bara coklat adalah
batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
- Gambut, berpori dan memiliki kadar
air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Pembentukan batu bara
Proses
perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan
istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap
proses yang terjadi, yakni:
- Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material
tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan
dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan
biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.
- Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan
dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Batu bara di Indonesia
Di
Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan
Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai
batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun
yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang
lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara
ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang
terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana
mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan
membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal
secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya,
endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi.
Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran
pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini
di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
Endapan batu bara Eosen
Endapan ini
terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah
atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi
berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat
Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan
sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung
mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada
Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam, yang disebabkan
terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.[3]
Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama
fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di
Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah
- Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen
Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal
kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin).[3]
Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan
fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran
pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin
berumur Eosen Atas.[4]
Endapan batu
bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir
dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur),
Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan
Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan
Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera
Barat) dan Sumatera
Tengah (Riau).
Dibawah ini
adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Eosen di Indonesia.
Tambang
|
Cekungan
|
Perusahaan
|
Kadar air total (%ar)
|
Kadar air inheren (%ad)
|
Kadar abu (%ad)
|
Zat terbang (%ad)
|
Belerang (%ad)
|
Nilai energi (kkal/kg)(ad)
|
Satui
|
Asam-asam
|
PT Arutmin
Indonesia
|
10.00
|
7.00
|
8.00
|
41.50
|
0.80
|
6800
|
Senakin
|
Pasir
|
PT Arutmin
Indonesia
|
9.00
|
4.00
|
15.00
|
39.50
|
0.70
|
6400
|
Petangis
|
Pasir
|
PT BHP
Kendilo Coal
|
11.00
|
4.40
|
12.00
|
40.50
|
0.80
|
6700
|
Ombilin
|
Ombilin
|
PT Bukit
Asam
|
12.00
|
6.50
|
<8.00
|
36.50
|
0.50 -
0.60
|
6900
|
Parambahan
|
Ombilin
|
PT Allied
Indo Coal
|
4.00
|
-
|
10.00 (ar)
|
37.30 (ar)
|
0.50 (ar)
|
6900 (ar)
|
(ar) - as
received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Endapan batu bara Miosen
Pada Miosen
Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin
pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan
perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan
yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara
Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah
(Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera
bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan
Bengkulu.
Batu bara
ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang
mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri
utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan
sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga
kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya
menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas
yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT
KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.
Tabel
dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara
Miosen di Indonesia.
Tambang
|
Cekungan
|
Perusahaan
|
Kadar air total (%ar)
|
Kadar air inheren (%ad)
|
Kadar abu (%ad)
|
Zat terbang (%ad)
|
Belerang (%ad)
|
Nilai energi (kkal/kg)(ad)
|
Prima
|
Kutai
|
PT Kaltim
Prima Coal
|
9.00
|
-
|
4.00
|
39.00
|
0.50
|
6800 (ar)
|
Pinang
|
Kutai
|
PT Kaltim
Prima Coal
|
13.00
|
-
|
7.00
|
37.50
|
0.40
|
6200 (ar)
|
Roto South
|
Pasir
|
PT Kideco
Jaya Agung
|
24.00
|
-
|
3.00
|
40.00
|
0.20
|
5200 (ar)
|
Binungan
|
Tarakan
|
PT Berau
Coal
|
18.00
|
14.00
|
4.20
|
40.10
|
0.50
|
6100 (ad)
|
Lati
|
Tarakan
|
PT Berau
Coal
|
24.60
|
16.00
|
4.30
|
37.80
|
0.90
|
5800 (ad)
|
Air Laya
|
Sumatera
bagian selatan
|
PT Bukit
Asam
|
24.00
|
-
|
5.30
|
34.60
|
0.49
|
5300 (ad)
|
Paringin
|
Barito
|
PT Adaro
|
24.00
|
18.00
|
4.00
|
40.00
|
0.10
|
5950 (ad)
|
(ar) - as
received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Sumberdaya batu bara
Potensi
sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan
dan Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah
kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat,
Jawa
Tengah, Papua,
dan Sulawesi.
Di
Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara
jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar
Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan
harga solar
industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi
kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia.
Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya
cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan.
Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya
menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui
polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy
cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara
sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai
ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi
(penyubliman) batu bara.
Membakar
batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya secara
continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum,
cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized
bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan
dan kelemahannya.
Gasifikasi batu bara
Coal
gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas
batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian
gas-gas ini karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2)
– dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air
sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi
secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu
bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan
nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke
udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air
(seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam
sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam" “acid rain”. Disini juga ada
noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara,
partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal
combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion
gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa
partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
Bagaimana membuat batu bara bersih
Ada beberapa
cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di
batu bara, pada beberapa batu bara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West
Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari
berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan
negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih
kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang
sbelum mencapai cerobong asap.
Satu cara
untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai
bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena
ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal
sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada
proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang
terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam.
Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua
sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara
adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur
ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan
menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batu bara dengan
bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu bara, tetapi
kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan
pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978
— telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang
sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong
asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units,"
tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena mereka men-scrub
(menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu
bara.
Membuang NOx dari batu bara
Nitrogen
secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen
mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika
udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen
ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida
atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom
nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.
Di udara,
NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang
kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid
rain” (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut
“ground level ozone”, tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya
udara.
Salah satu
cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batubara di pemabakar dimana ada
lebih banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di
bawah kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar
daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang
pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai
semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged
combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga
sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat
mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga
teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang membersihkan NOX dari
flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan
bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas
yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx
burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.
Cadangan batu bara dunia
Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015 kg atau 1 trilyun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini, diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia adalah 290 zettajoules.[5] Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt,[6] terdapat cukup batu bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun.
British
Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064 juta ton
cadangan batu bara dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau cukup
untuk 155 tahun (cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang
diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh perusahaan tambang,
terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan cadangan
baru.
Departemen
Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika
Serikat sekitar 1.081.279 juta ton (9,81 × 1014 kg), yang setara
dengan 4.786 BBOE (billion barrels of oil
equivalent).
Cadangan batu bara dunia pada akhir 2005 (dalam juta ton)
|
||||
Negara
|
Bituminus (termasuk antrasit)
|
Sub-bituminus
|
Lignit
|
TOTAL
|
115.891
|
101.021
|
33.082
|
249.994
|
|
49.088
|
97.472
|
10.450
|
157.010
|
|
62.200
|
33.700
|
18.600
|
114.500
|
|
82.396
|
2.000
|
84.396
|
||
42.550
|
1.840
|
37.700
|
82.090
|
|
23.000
|
43.000
|
66.000
|
||
49.520
|
49.520
|
|||
16.274
|
15.946
|
1.933
|
34.153
|
|
31.000
|
3.000
|
34.000
|
||
20.300
|
1.860
|
22.160
|
||
64
|
1.460
|
14.732
|
16.256
|
|
11.929
|
11.929
|
|||
6.267
|
381
|
6.648
|
||
3.471
|
871
|
2.236
|
6.578
|
|
2.114
|
3.414
|
150
|
5.678
|
|
790
|
1.430
|
3.150
|
5.370
|
|
4.300
|
4.300
|
|||
1.000
|
3.000
|
4.000
|
||
278
|
761
|
2.650
|
3.689
|
|
2.874
|
2.874
|
|||
13
|
233
|
2.465
|
2.711
|
|
2.265
|
2.265
|
|||
1.710
|
1.710
|
|||
1.000
|
500
|
1.500
|
||
1
|
35
|
1.421
|
1.457
|
|
1.268
|
1.268
|
|||
860
|
300
|
51
|
1.211
|
|
31
|
1.150
|
1.181
|
||
80
|
1.017
|
1.097
|
||
960
|
100
|
1060
|
||
812
|
812
|
|||
773
|
773
|
|||
200
|
400
|
60
|
660
|
|
300
|
300
|
600
|
||
33
|
206
|
333
|
572
|
|
502
|
502
|
|||
497
|
497
|
|||
479
|
479
|
|||
430
|
430
|
|||
232
|
100
|
332
|
||
40
|
235
|
275
|
||
212
|
212
|
|||
208
|
208
|
|||
200
|
200
|
|||
21
|
169
|
190
|
||
183
|
183
|
|||
172
|
172
|
|||
150
|
150
|
|||
88
|
88
|
|||
78
|
78
|
|||
70
|
70
|
|||
66
|
66
|
|||
40
|
40
|
|||
6
|
33
|
39
|
||
3
|
33
|
36
|
||
22
|
14
|
36
|
||
27
|
7
|
34
|
||
25
|
25
|
|||
24
|
24
|
|||
22
|
22
|
|||
14
|
14
|
|||
10
|
10
|
|||
4
|
4
|
|||
3
|
3
|
|||
2
|
2
|
|||
2
|
2
|
|||
2
|
2
|
|||
2
|
2
|
|||
1
|
1
|
|||
1
|
1
|
|||
1
|
1
|
|||
1
|
1
|
Negara
pengekspor batu bara utama
Pengekspor batu bara berdasarkan negara dan tahun (dalam
juta ton)
|
||
Negara
|
||
238,1
|
247,6
|
|
43,0
|
48,0
|
|
78,7
|
74,9
|
|
41,0
|
55,7
|
|
16,4
|
16,3
|
|
27,7
|
28,8
|
|
103,4
|
95,5
|
|
57,8
|
65,9
|
|
200,8
|
131,4
|
|
Total
|
713,9
|
764,0
|
Sip pak...memberikan ilmu buat saya pak...
BalasHapus